Problem Solving Cycle (Siklus Pemecahan Masalah)
adalah serangkaian kegiatan terus menerus dalam rangka pemecahan
masalah. Metode ini sudah umu diginakan dalam pemecahaman masalah
kesehatan. Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan yang
penanganannya dalat menggunakan metode PSC. PSC diterapkan dalam PKL
Poltekkes maupun dalam serangkaian mata kuliah di Jurusan Gizi Poltekkes
Padang.
Beberapa langkah utama PSC adalah :
1. Identifikasi Masalah
2. Perumusan Masalah
4. Identifikasi Faktor Penyebab Masalah
5. Penetapan Penyebab Masalah
7. Pemilihan Tindakan Intervensi
8. Plan Of Action (POA)
9. Rencana Evaluasi Program dan Kegiatan
Ada yang merumuskan 7 langkah dan ada yang lebih dari 9 langkah, oleh karna beberapa langkah bisa disederhanakan ke dalam 1 tahapan dan ada yang bisa dirinci menjadi lebih detail. Jumlah tahapan PSC bukanlah hal yang prinsip. Yang menjadi prinsip dalam PSC adalah bahwa kegiatan disusun dan direncanakan didasari oleh masalah yang ditemukan di lokasi bersangkutan (data empirik), dan, hasil kegiatan dijdaikan bahan perencanaan pada siklus berikutnya, damikian seterusnya sehingga menjadi siklus tanpa henti.
Uraian Ringkas tiap kegiatan adalah sebagai berikut :
Identifikasi Masalah :
Masalah
adalah sesuatu yang tidak diinginkan. Perbedaan yang diinginkan dengan
fakta yang terjadi. Sebuah kondisi yang seharusnya sudah terjadi, namun
kenyataan belum terjadi. Atau target yang tidak tercapai bisa juga
dijadikan sebuah masalah.
Dalam
pembangunan kesehatan, termasuk gizi telah ditetapkan target kondisi
yang diharapkan tercapai dalam jangka waktu tertentu. Jika hal tersebut
tidak dapat dicapai maka akan timbul masalah baru atau akan dihadapi
konsekwensi dari ketidak tercapaian tersebut.
Idealnya
masalah diidentifikasi dengan pengumpulan data primer di lapangan,
namun bisa juga dilakukan dengan menganalisis data sekunder seperti
laporan pelaksanaan kegiatan periode sebelumnya.
Apabila dalam analisis masalah menggunakan data primer, maka yang didefinisikan sebagai masalah adalah dependen
variabel dalam pengumpulan data tersebut. Dalam contoh ini (MK.PPG),
dependen variabelnya adalah Status Gizi dan Konsumsi Gizi. Status gizi
diukur secara antropometri dengan 3 indeks, yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB.
Sedangkan konsumsi diukur dengan metode SQ-FFQ menghasilkan informasi
Frekuensi Konsumsi Kelompok Pangan dan Pola Konsumsi Zat Gizi.
Perumusan Masalah :
"Masalah" , dirumuskan dalam kalimat masalah (sesuatu yang negatif) dari variabel masalah itu sendiri.
Uraian Variabel Masalah Gizi dalam PPG adalah sbb :
1. Prevalensi Anak Kurang Gizi (BB/U < -2 SD)
2. Prevalensi Anak Pendek (TB/U <-2 SD)
3. Prevalensi Anak Kurus (BB/TB <-2 SD atau IMT/U < -2 SD)
4. Prevalensi Anak yang Mengkonsumsi Makanan Pokok < 2x sehari
5. Prevalensi Anak yang Makan Protein Hewani <1x/hari
6. Prevalensi Anak yang Makan Protein Nabati <1x/hari
8. Prevalensi Anak yang Makan Buah <1x/hari
9. Prevalensi Anak yang Makan Protein Hewani <1x/hari
10. Prevalensi Anak yang Kurang Konsumsi Energi (<80% AKG)
11. Prevalensi Anak yang Kurang Konsumsi Protein (<80% AKG)
12. Prevalensi Anak yang Kurang Konsumsi Fe (<80% AKG)
13. Prevalensi Anak yang Kurang Konsumsi Vitamin A (<80% AKG)
Daftar
masalah ini bisa ditambah dengan variasi bentuk pengkategorian
variabel, misalnya bentuk pengkategorian menggunakan acuan normatif
(mean/median).
Perumusan masalah suatu kajian
teoritis apakah daftar masalah tersebut memang suatu masalah yang
memerlukan penanganan atau hanya sekedar efek samping dari suatu
keadaan. Artinya prevalensi-prevalensi masalah yang didapatkan merupakan
ukuran sampingan dari masalah lain yang apabila masalah lain tersebut
ditangani makan secara otomatis akan terpecahkan juga. Jadi masalah yang
seperti ini tidak membutuhkan penanganan khusus yang perlu direncakan
pemecahannya.
Prioritas Masalah :
Memprioritaskan
masalah sebuah upaya untuk mengurutkan masalah menjadi sebuah daftar
urutan penanganan masalah tersebut. hasil prioritas masalah akan
menemukan skala prioritas, seperti masalah utama dan masalah berikutnya
sesuai urutan hasil analisis.
Ada
banyak metode yang dapat digunakan dalam memprioritaskan masalah
seperti Delhi Teqnique, Delbec technique, metode Skoring atau Pembobotan, dan lain-lain.
Pada
contoh kali ini kita akan mencoba menjelaskan metode pembobotan
(skoring). Dalam melakukan skoring harus ditetapkan lebih dahulu
pertimbangan yang akan digunakan.
Dalam PSC di bidang kesehatan pertimbangan yang sangat lazim digunakan adalah :
Dalam PSC di bidang kesehatan pertimbangan yang sangat lazim digunakan adalah :
1. Luasnya masalah (banyaknya orang yang terkena), berkaitan dengan prevalensi.
2. Beratnya Masalah, berkaitan dengan akibat buruk yang ditimbulkan.
3.Tecnical Support, kertersediaan teknik pemecahan
4. Oppotinity, peluang bisa dipecahkan (tingkat keberhasilan)
Masing-masing pertimbangan diberi bobot dari tertinggi sampai terendah. Berdasarkan 4 pertimbangan di atas, maka skoring didasarkan pada (1) Luasnya masalah, makin luas masalah atau semakin banyak orang yang menderita, dalam hal ini makin tinggi prevalensi maka makin tinggi slor. *2) Beratnya masalah, makin berat dampak yang dirasakan oleh masyarakat maka makin tinggi skor. (3) Teknical Support, makin tersedia teknik pemecahan masalah di lokasi tempat masalah itu muncul maka makin tinggi skot. dan (4) Kesesuaian dengan profesi adalah karakteristik masalah yang diangkat diberi skor kedekatan dengan profesi yang akan memecahkan masalah. Dalam kasus PKL Jurusan Gizi, ada beberapa masalah gizi yang muncul dimana penanganan masalahnya bukanlah profesi gizi, misalnya masalag infeksi.
Setelah dilakukan pembobotan masing-masing masalah, kemudian dijumlahkan mskor masing-masing masalah, dan kemudian ditetapkan prioritas masalah berdasarkan jumlah skor yang didapat. Masalah yang menjadi prioritas utama untuk dipecahkan adalah masalah dengan jumlah skor tertinggi, lemudian prioritas kedua adalah masalah dengan jumlah skior nomor 2 dan seterusnya. Apabila ada jumlah skor yang sama untuk beberapa masalah, maka masalah tersebut menempati urutan yang sama untuk dipecahkan.
Bagian akhir dari prioritas masalah akan didapatken beberapa masalah yang akan ditangani lebih dahulu (misalnya 5 rangking taratas). Pada langkah berikutnya (bagian 2 posting ini) analisis penyebab masalah naya akan dilakukan terhadap variabel yang bermasalah saja yang akan ducarikan faktor penyebabnya.
....bersambung pada posting bagian 2.
4. Oppotinity, peluang bisa dipecahkan (tingkat keberhasilan)
Masing-masing pertimbangan diberi bobot dari tertinggi sampai terendah. Berdasarkan 4 pertimbangan di atas, maka skoring didasarkan pada (1) Luasnya masalah, makin luas masalah atau semakin banyak orang yang menderita, dalam hal ini makin tinggi prevalensi maka makin tinggi slor. *2) Beratnya masalah, makin berat dampak yang dirasakan oleh masyarakat maka makin tinggi skor. (3) Teknical Support, makin tersedia teknik pemecahan masalah di lokasi tempat masalah itu muncul maka makin tinggi skot. dan (4) Kesesuaian dengan profesi adalah karakteristik masalah yang diangkat diberi skor kedekatan dengan profesi yang akan memecahkan masalah. Dalam kasus PKL Jurusan Gizi, ada beberapa masalah gizi yang muncul dimana penanganan masalahnya bukanlah profesi gizi, misalnya masalag infeksi.
Setelah dilakukan pembobotan masing-masing masalah, kemudian dijumlahkan mskor masing-masing masalah, dan kemudian ditetapkan prioritas masalah berdasarkan jumlah skor yang didapat. Masalah yang menjadi prioritas utama untuk dipecahkan adalah masalah dengan jumlah skor tertinggi, lemudian prioritas kedua adalah masalah dengan jumlah skior nomor 2 dan seterusnya. Apabila ada jumlah skor yang sama untuk beberapa masalah, maka masalah tersebut menempati urutan yang sama untuk dipecahkan.
Bagian akhir dari prioritas masalah akan didapatken beberapa masalah yang akan ditangani lebih dahulu (misalnya 5 rangking taratas). Pada langkah berikutnya (bagian 2 posting ini) analisis penyebab masalah naya akan dilakukan terhadap variabel yang bermasalah saja yang akan ducarikan faktor penyebabnya.
....bersambung pada posting bagian 2.
0 komentar:
Posting Komentar